Test Footer

Home » » Kumpulan Puisi Dengan Tema Indahnya Pagi, Heningnya Malam (part 1)

Kumpulan Puisi Dengan Tema Indahnya Pagi, Heningnya Malam (part 1)

Kumpulan Puisi Dengan Tema Indahnya Pagi, Heningnya Malam (part 1)
Mobogenie.com
 Kumpulan Puisi Dengan Tema Indahnya Pagi, Heningnya Malam- Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel yang admin posting pada minggu lalu, jadi dengan adanya postingan puisi ini diharapkan para pembaca bisa lebih bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Dan diharapkan juga kumpulan puisi ini bisa menjadi motivasi dalam belajar maupun ketika akan berangkat bekerja.

Bila Pagi Menelan Malam

Kokok ayam yang terdengar  mengabarkan  pagi segera datang. Aku tidak tahu bagaimana ayam jago itu mengetahui datangnya pagi. Karena setiap kokoknya yang pertama, sudah bisa dipastikan waktu subuh belum tiba.

Bukankah ayam sudah rabun semenjak senja menjelang?

Jadi apa yang membuatnya tahu? Insting?

Bisakah ayam merasakan perubahan udara  malam ke dini hari?
.
Ketika pagi dimulai, sinar matahari di ufuk meningkatkan suhu udara bumi. Dengan perlahan mengikis udara dingin malam menjadi hangat. Kepekaan inilah yang dimiliki oleh sebagian hewan.

Hewan-hewan noturnal bersiap kembali ke sarang. Aktivitasnya digantikan oleh hewan-hewan siang hari.

Dan tahukah tentang sebuah mitos, bila ayam berkokok di malam hari, pertanda ada wanita hamil tanpa suami?

Yang ini aku tidak tahu mengapa. Yang aku tahu pada umumnya ayam berhenti berkokok bila hari mulai senja. Dan mulai lagi menjelang fajar.
.
Malam-malam di perkampungan selalu sunyi, hembusan mitos begitu kental seperti adanya mitos berkeliarannya makhluk-makhluk halus. Gendruwo yang tinggi besar, berewokan, hitam dan makhluk lain sebangsanya.

Rasa takut semakin mencekam, apalagi lampu 'senthir' yang menempel di tiang kayu, dengan nyalanya yang  temaram, berkedip-kedip di sapu angin dari celah dinding bambu. Seakan hidup sungkan, matipun tak mau.

Belum lagi ditambah lolongan anjing di tengah malam. Seakan-akan ada sesuatu yang mengancam jiwa manusia.

Aku menjadi salah satu bagian dari ketakutan itu. Bahkan untuk berbicarapun hanya berani berbisik-bisik, takut ada yang mendengar. Kalau terpaksa hendak ke jamban yang letaknya beberapa meter di belakang rumah, harus ada yang menemani.

Malam dingin dan gelap, bila terbangun di tengahnya, aku menahan diri dari gerakan yang tidak perlu. Diam hingga akhirnya subuh datang. Saat itulah aku bisa tersenyum, melepaskan ketegangan, dan berani beranjak dari dipan kayu yang mencicit.

Lalu kain penutup jendela disibakkan, pintu rumah dibuka lebar, dan lampu  'senthir' dimatikan. Semua orang menyambut pagi seolah menyambut datangnya seorang putri.

Malam dingin yang serasa di pemakaman, berangsur-angsur menghilang berubah menjadi dunia yang cantik, segar, indah, dan penuh warna. Seakan-akan dunia ini akan hidup selamanya.

AnneAhira.com

Heningnya Malam, Indahnya Pagi

Di gelap malam jiwa mulai tenggelam. Mimpi menggantikan gelombang kehidupan nyata. Hanya dengkuran bagi ia yang merugi.

Seyogyanya, sunyi ini teramaikan oleh ricuh gerombolan kata penyesalan. Tergemuruh oleh isak dalam dada. Menyesali dedosa tertumpuk di siang tadi. Ialah jiwa perindu surga.

Dalam sunyinya malam, hati tertambat pada kuasaNya. Mengharap ampunan atas segala durhaka. Sujud dalam tahajud merayu cinta-Nya. Itulah jiwa yang mulia.

Sunyi malam menghantar khusuk jiwa. Ayat-ayat suci dan kalimat dzikir terlantun dalam haru. Teriring derai air mata laiknya glatser Himalaya. Demi sebuah naungan di mahsyar-Nya.

Istighfar terucap hingga fajar menyingsing. Lalu semburat cahaya di ufuk timur, mengawali pagi. Mentari terbit perlahan menebar sinar.

Tiada arti dingin bebulir embun, jika tak ada dzikir yang membasah lidah. Apalah arti sejuk segar udara terhirup, jikalau syukur tak terungkap. Apalah indahnya pagi tanpa harap cemas terhadap kuasa Ilahi.

Pagi menjumpa, Ilahi berbagi. Rizki tercurah, maka ambillah. Raihlah ia dengan rekaat dhuha. Mengharap kasih dari Pencipta. Sambunglah asa menuju surgaNya. [Fauzi A. Al Hanin]

 Ketika itu, heningnya pagi....

Inginku ucapkan bahasa cinta murni dihati, saat kita duduk dikursi taman kota. Namun apalah daya mulut ini memproses tentang bahasa keseharian, bersertakan getaran firasat hati.
Dan hanyalah bola mata memancarkan bahasa lugu tentang cinta, selama ini tumbuh dihati maupun fikiran. Aku pernah mengungkapkan, " ngkaulah kekasih hatiku, bukan kekasih tubuhku". Dengan bahasa catatan kala itu, lalu dirimu menjawab, " aku belum bisa menjalani tentang cinta". Ngkau jawab dengan tegas, dengan cara selama setelah itu sampai sekarang ngkau tak pernah mendapat kekasih.
Tetapi bila aku menyampaikan tentang bahasa rindu, ngkau menjawab, " diriku juga merindukan dirimu ", yang ngkau jawab dengan perlahan, sesaat memandang kedua jari-jari tanganku sedang memegang sebuah barang.

Kelu ku sembunyikan

Tiada kata yg bisa ku ucap selain membalas salam yg dia ucapkan...
Malam ini lagi lagi lidah ku kelu krn tiba-tiba keram melihat wajahnya yg keterlaluan...
Hanya hati berbisik malu ingin mengatakan saat waktuku tersita tatapan indah dibalik senyuman...
Terima  kasih...sebenarnya selalu ingin kukatakan krn kau telah hadir mewarnai kebaikan...
Menuntunku menemukan arti dari kegelisahan...
Krn malam ini ku tau arti kenapa ku menyembunyikan...

Isdaryanto.com


 Judul : (belum di tentukan)
Penulis : Aam Al Azru

Ketika mata ini terpejam, apakah akan tertutup selamanya?

Perlahan netra kubuka
Dapat kurasakan kesadaran menjelma
Menghirup segarnya pagi
Merasakan hangatnya mentari
Nikmat-Mu masih terus kurasakan
Mensyukuri segala yang Engkau beri
Untuk menikmati hari ?

Siangpun beranjak pergi
Bulan menampakkan diri
Namun, Bintang tak lagi menemani

Sepi yang terasa
Seperti malam sebelumnya
Mengingat akan memori
Kesadaran untuk evaluasi diri ?

Malam Indahnya Pagi

Melihat masalah pada dunia dewasa atau bahkan renta ini bukanlah hal yang sulit diutarakan. Memang sebagian orang menganggap zaman modern ini seperti mentari tersenyum dipagi musim semi, itu anggapan orang yang mampu mengalahkan ego hinga bisa memanfaatkan teknologi dengan kemampuan tingkat dewa dan fasilitas super yang bisa dimiliki, tapi bagi mereka yang kalah dengan peradaban dan tertelan oleh zaman hingga melahirkan  penerus peradapan yang rata-rata memikirkan diri sendiri dan individualis. Tapi sulit untuk menyalahkan salah satu pihak, karena alasan hak sebagai manusia yang dapat memilih jalan hidupnya sendiri.

Lalu apa yang akan terjadi ketika keheningan malam mendera dunia dengan bencana yang berkesinambungan, dari Sabang titik nol negeri hingga ujung Merauke bisa dilihat masalah yang silih berganti seperti awan panas Sinabung diutara Sumatra, gelapnya Riau dangan kabut asap, meluapnya Musi diPalembang, hingga menyebrang melalui pelabuhan Merak dan menuju keperselisihan antar umat Ibukota, bergeser ketanah pasundan dengan runtuhnya permukaan tanah dan yang belum juga surut banjir yang merendam, kemudian amukan Bengawan Solo hingga kedaerah sebrang, lalu terbang kepulau terbesar Kalimantan yang dari ketinggian terlihat botak karena khilafnya pihak tak bertanggung jawab, tidak berhenti disana lihatlah disekitar Poso sekumpulan rakyat yang lemah iman menganggap jihad tapi tidak tepat sasaran, dan masalah yang mengakar dinegeri sebelah Timur tentang perselisihan antar suku dan saudara.

Kalau sudah begini siapa yang ingin dipersalahkan, penguasa negeri atau masyarakat sebagai pelaku utama. Adakah yang bisa kita lakukan? Pasti ada, dimulai dari diri sendiri apakah yang kita lakukan sudah baik sehingga manusia, alam, bahkan ILAHI layak membalas dengan baik pula atau masih ada yang kurang. Terlepas dari keadaan diluar kemampuan manusia, tapi yang terpenting adalah usaha maksimal yang telah kita lakukan.


Tuk! Tuk!

Rinai hujan mengetuk jendela kaca, mengusik keheningan malam. Tubuh ringkihku menyungkur di atas hamparan sajadah lusuh, mengorek semua luka dan kelam yang pernah ada. Ini kali pertama semenjak lima belas tahun lalu kudengar betapa istimewanya sepertiga malam, waktu spesial diijabah do'a. Itulah targetku pada awalnya.  Sesungguhnya aku malu, tapi... apa boleh buat kota ini telah menyulapku menjadi makhluk oportunis yang hedonis.

Rinai hujan masih enggan membiarkan keheningan menemani sang malam. Aku tergugu. Tanpa kusadari tubuhku perlahan terasa ringan. Jiwaku melebur dalam nyanyian sang hujan...
Cicit keluarga pipit di dahan jambu biji membangunkanku. Cahaya mentari  menyilaukan mata, membuatku tergopoh bangkit, menyibak tirai bermotif zebra.  Seketika aku terpana. ah! Kenapa aku tak pernah melihat pagi seindah ini?

Dipacarin.Com

Tema: Indahnya pagi, heningnya malam
by: Diana

Saat fajar merekah di ufuk timur, lembaran baru mulai terbuka. Hari yang baru dengan kisah yang baru pula. Mentari tersenyum hangat memberi semangat kepada dunia. Menemani langkah-langkah kecil yang berjuang menggapai cita.

Udara masih segar, menyejukkan pikiran menumbuhkan harapan baru. Tak hanya itu, semangat yang mulai padam kemarin kembali menggebu-gebu. Tak sabar ingin berlari dengan segenap asa dalam genggaman.

Jalan tak selalu lurus, ada saja kelokan di kanan kiri. Jalan tak selalu mulus, ada saja lubang di sana sini. Tak ada jalan tol untuk mencapai mimpi itu. Tak ada jalan alternatif untuk cepat sampai ke tujuan itu. Semua butuh proses yang tak sebentar. Tapi, proses yang tak terlalu lama pula.

Melangkah tanpa ragu, karna ragu hanya akan menimbulkan keraguan lain. Berjalan bersama mentari, walau semakin ke barat cahayanya terasa terik.

Ketika jatuh, bangkit lagi, tak peduli berapa kali terjatuh dan terluka. Jangan mengeluh! Jangan menangis! Ingat selalu akan mentari yang terus tersenyum kepadamu. Teruslah berjalan meski sejuta rintangan menghadang. Dan, saat malam tiba, kau akan dapati ratusan juta bintang yang menenangkan hatimu. Sungguh, lelahmu akan terobati.

Di pagi hingga sore, berlarilah bersama mentari. Di malam hari, tertawalah bersama bintang, dan bermimpi bersama rembulan. Hingga suatu saat nanti, kamu sampai pada puncak perjuanganmu. Di sana, kamu akan selalu tersenyum entah itu pagi, siang, sore, ataupun malam.


Membangun dan Berkomunikasi Terapi
Oleh: Nuriani

Pagi hingga sore tadi Alhamdulillah Allah mengizinkanku untuk mengikuti suatu motivational coaching. Aku paling suka sekali dengan yang namanya memotivasi diri sendiri. Ada beberapa alasanku untuk mengikuti diskusi ini. Pertama : Aku tipikal orang yang haus akan ilmu. Ilmu apapun seakan ingin aku ketahui. Kenapa? Karena ku tau, semakin banyak ilmu yang kita ketahui, tentunya kita akan mampu melihat berbagai hal dari perspektif yang luas. Kedua: Aku suka hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan, kejiwaan, filsafat, serta segala hal tentang otak. Ketiga: Aku ikut kegiatan ini karena suatu ajakan.

Ok, langsung saja aku akan sedikit mereview apa yang telah aku dapat hari ini. Bagiku aku mencoba menulis bukan untuk gaya-gayaan. Melainkan hanya sekedar berlatih menulis dan mencoba menjadikan ilmu yang telah ku dapat menjadi bermanfaat. Karena ilmu semakin dibagikan akan semakin bertambah, bukan?

Motivational coaching tadi membicarakan tentang cara berkomunikasi yang efektif. Tentu kita semua sepakat bahwa dalam hidup, tak bisa tidak bahwa kita senantiasa harus berkomunikasi. Lalu, apa itu komunikasi? Komunikasi ialah penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan. Dan lalu apa itu komunikasi yang efektif? yaitu tatkala sang komunikan dapat memahami dan melakukan sesuai apa yang dimaksudkan oleh sang komunikan.

Komunikasi yang dibahas dalam diskusi ini sebuah komunikasi yang lebih spesifik, komunikasi dalam mempengaruhi dan menjadikan lawan bicara semakin baik, semakin positif dalam memandang kehidupan ini. Sungguh, sebenarnya ketika orang itu terpengaruh menjadi orang yang semakin baik, itu bukan karena kita. Itu karena motivasi dirinya yang bangkit kembali setelah berkomunikasi dengan kita. Karena motivasi terbesar adalah motivasi dari dalam diri sendiri.

Dalam berkomunikasi, kadangkala kita merasa benar, pihak lain yang bertolak belakang dengan kita, dia salah. Kenyataannya dalam berkomunikasi ada beberapa prinsip yang harus kita perhatikan dalam berkomunikasi:

1. Otak kita adalah Peta, bukan kenyataan yang sebenarnya.
Segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, kita cecap, dan mungkin pernah kita cium akan terekam dalam otak kita. Nah yang terekam adalah apa yang telah masuk dalam otak kita, bukan kenyataan yang sebenarnya. Pastinya kita pernah tau dan mendengar, 'Kita hanya akan mengingat memori yang kita anggap penting'. Ini prinsip otak.

2. Setiap orang itu unik berdasarkan dunia mereka sendiri.
Setiap orang juga benar. Benar menurut siapa? Menurut persepsi mereka masing-masing. Maka, dalam berdebat, tidak akan pernah selesai karena kedua pihak selalu merasa benar dan tidak mau mengalah. Padahal benar itu relatif. Benar menurut pendapatnya masing-masing. Untuk mampu memahami orang lain yang berbeda pemahaman dengan kita. Sebaiknya kita mencoba mendengarkan dia. Mencoba bersikap asosiasi dan disosiasi. Berempati dan bersimpati.

WowKeren.com

judul : Pelukan Malam terakhir

malam  menyentak pada titian malam
merebah dan menyentuh relungku
duhai malam ku…

lantunan kata ku mala ini, mungkin mengisahkan sesuatu
dari sekian sajak-sajak dituliskan mereka
dari keheningan malam – malam ini,
berdegup kencang jantungku
sampai menyual gemanya
memecah kesunyian dalam rindangnya malam

wahai para perindu..
sejarak jauh hadang dalam rindang
dalam degupan malam
nyanyian malam pecah pada hantaran hati
dari kerinduan seorang insan pada satu insan

Ahh.. Malam menyentuh akan dingin
beku akan ingin..
Lihatlah kunang-kunang malam
menyambut para dewi malam
yang melambaikan selendangnya dalam hening..
melabuhkan hening untuk para para pencari hati yang bening

dan engkau adalah inginku
Pada mahkota malam ini

sebelum pagi datang,
dari sinarnya meng’indahkan sekitarnya
ijinkan aku membelai mu sesaat saja
sebelum kabut tipis turun dalam lambaian
menarik rinai dalam lembah rindu
yang singkat dalam dekapan erat

yuitayuth.blogspot.com

Judul : "MALAMKU MENYAMBUT PAGIKU"
Penulis : Gustia Mardalena

Hujan deras tiba-tiba mengguyur kala senja tiba. Meninggalkan matahari yang segera tenggelam dan bersiap menyantap malam yang akan segera hadir. Kini langit bertemankan bulan yang tertutup. Bintang pun sepertinya tak nampak malam ini.

Aku berusaha tenang dan mencoba berdamai. Berdamai dengan diri sendiri, agar aku lebih merasakan nyaman dari hiruk pikuknya kehidupan. Malam, sepertinya akan menjadi waktu rutinitasku untuk menghilangkan penat, sekaligus mengevaluasi hariku dengan penuh perhatian. Dengan sedikitnya ilmu yang aku dapat, juga dengan sedikitnya bumbu-bumbu yang menjadi penghias alur hidupku.

Sejenak aku menaruh pandanganku pada sebuah foto yang terpampang jelas di dalam ponselku. Aku hendak mencoba membayangkan dan menarik kembali apa-apa yang sudah aku lakukan sepanjang hariku, ya hari-hariku.

Siang yang telah menjadi saksi atas tindakanku, atas ucapanku dan atas sikapku. Akankah aku bernaung pada sesuatu yang memberi manfaat? Ataukah aku hanya menjadi sosok yang membuat kegaduhan atas andil dari kejadian-kejadian yang terjadi atau yang akan terjadi?

Aku menghela nafas...
Tak sedikit alasan bermunculan di kepalaku. Menarik kuat agar keluar dari pemikiran-pemikiran atas perenunganku.

Aku... Lagi-lagi menjadi peran utama atas kekacauan yang ada. Akulah penyebabnya, akulah yang merusaknya sendiri, aku yang telah mengacaukan suasana menjadi dingin, kaku dan akhirnya menjauh.

Kehangatan atas kedekatan ikatan yang telah ada, kini hanya tinggal puing-puing berserakan. Pedih aku melihat reruntuhan itu, di mana aku yang sudah susah payah membangun sebuah ruang kosong yang aku isi dengan keramahtamahan, kepercayaan, kenyamanan, dan perbantuan-perbantuanku. Kini semua hancur...! Hancur oleh tanganku sendiri, atas kecerobohanku yang telah salah cara menyampaikan apa yang aku maksud, apa yang aku ingin dan apa yang aku tujukan.

Bodoh...! Aku sangat bodoh hingga aku tidak bisa membaca dan mengamati sebuah perlakuan baik, sikap baik, tanggapan baik juga ucapan yang baik. Padahal semua sudah aku dapatkan di depan mata, tapi aku tak bisa memegang dan menggenggamnya dengan baik dan bijaksana. Aku terlalu bodoh, karena prasangka yang menyetir diriku, aku terlalu lemah dan menuruti apa kata prasangka. Aku yang selalu menebak-nebak dan mengira apa yang aku tangkap dari tiap kejadian. Dan menjadikan itu sebagai alasan yang mutlak dan final. Terus menerus menekan diriku, pikiranku juga jiwaku. Aku terpengaruh oleh anganku sendiri. Aku terikat oleh persepsi dan argumen yang belum tentu benar adanya. Lalu aku menjadikan itu semua sebagai dasar dari setiap lisan dan tulisanku. Sikap juga sifatku.

Lagi-lagi aku katakan, aku bodoh...!

Aku buta dan tuli karena aku telah kalah dari permainan si prasangka yang terus menggodaku. Berputar-putar mengelilingiku hingga aku tak mampu melihat satu persatu kebenaran yang sesungguhnya, keaslian dan kenyataan yang sebenarnya.

Aku...  Aku menyesal telah merusaknya. Aku menyesal telah membuat semua yang awalnya hangat menjadi dingin, yang awalnya mencair menjadi kaku, yang awalnya dekat jadi menjauh...

Aku sedih... Kadang aku selalu menangis atas apa yang telah aku perbuat. Terisak-isak, menahan sesak yang teramat dalam. Menahan sakit atas kepedihan yang aku sayat sendiri. Menahan beban berkepanjangan hingga aku lelah tak berdaya.

Apa yang aku dapat atas perjuanganku selama ini? Selain penyesalan yang teramat sangat. Hingga aku harus menanggung malu bertubi-tubi karena sikapku sendiri. Dan harus rela kehilangan sosok yang aku cari dan aku impikan sejak dulu. Yang telah aku bina namun kandas karena pemikiran-pemikiran yang salah dan keliru. Karena sikap dan perlakuanku yang tak wajar, berlebihan dan aneh, hingga tak bisa ditolerir lagi.

Kini, aku kembali sendiri dengan kehampaan dan tangan kosong. Dengan tenaga dan pikiran yang terkuras dan tercurah tapi hilang terhempas begitu saja.

Aku yang menjadikan semua kelam, menyakitkan dan menyedihkan. Aku mungkin pantas dikatakan sebagai pecundang. Pengkhianat atas janji dan tujuanku sendiri.

Aku, aku telah kalah dan mengaku salah. Beralih pada perhatian yang menyelimuti diri, berharap belas kasih padanya. Mengemis akan cinta dan kasih sayangnya. Namun apa? Kebencianlah yang aku dapat..!!!

Aku pantas dicaci dan dimaki, aku pantas dibuang dan dianggap sebagai orang yang tak pernah dikenali. Ya, aku pantas mendapat itu atas perlakuan burukku sendiri.

Itulah, hukum sebab akibat yang aku harus terima. Terima dengan ikhlas, rela dan lapang dada. Aku yang awalnya dikenal baik kini berubah menjadi buruk. Aku yang awalnya dikenal indah dan menyenangkan kini berubah menjadi jelek dan menyebalkan.

Itulah aku... Itulah aku yang sekarang  mereka kenal. Aku bukanlah orang yang bisa diacungkan dan diandalkan, melainkan diacuhkan dan diabaikan.

"Maafkan aku..."
Tak terasa, pipiku kembali basah dan terseguk. Bibirku yang kelu dan terpaku, hanya bisa mengucap kata itu, berulang kali dan berulang kali.

Aku tak kuasa menatap foto itu lekat-lekat. Aku tutup sembari menorehkan kenangan pahit yang tersembunyi. Menolehkan pandangan yang semu pada pandangan yang arif.

Aku mengusap air mataku yang berkali-kali jatuh. Seperti dahaga yang tak pernah terpuaskan. Aku kembali membasuh pada hakekatnya dan kembali menaruh pada posisi yang sebenarnya. Aku ingin semua kembali seperti sedia kala. Di mana aku bisa meraih dan merangkulnya. Namun itu semua hanyalah tinggal impian yang terhenti dan mungkin tak akan bisa terwujud sampai kapanpun. Kelak, aku akan jadikan ini sebuah kenangan yang harus aku petik sebagai pelajaran. Dengan butir-butir pelajaran yang bisa mengubah diriku, seperti apa yang seharusnya dan semestinya. Dan menjadikan aku sebagai aku yang baru atau bahkan menjadi aku yang berbeda.

Ingin kuciptakan duniaku. Dunia baruku, dunia yang berbeda. Dunia yang bisa membawaku pada impian-impianku yang telah lama terdiam dan membisu. Hampir saja aku tak sadari itu dan mengabaikannya. Bahkan aku tak pernah menganggapnya sebagai sesuatu yang unik pada diriku, sesuatu yang bisa dikatakan sebagai kelebihanku dalam kekuranganku.

Aku berjanji pada diriku sendiri. Aku bertekad ingin mengubah diriku. Apa yang sudah diberi padaku, sebagai ciptaan-Nya. Aku terima dan memperbaikinya. Aku berusaha meminimalisir apa yang sudah menjadi watakku. Karena untuk menghilangkannya itu tidaklah mungkin. Hanya menguranginyalah yang mungkin. Dan dari yang tinggal sedikitnya itu lah ingin aku jadikan sebagai kelebihanku, bukan selalu menjadi keburukanku terus menerus.

"Aku bertekad untuk itu...!!!"

Aku beranjak dari perenungan atas hasil dari evaluasiku. Kini malam tak lagi terdengar hujan. Hanya denting jam dinding yang berbunyi dari sudut kamar. Aku bergegas dan harus bangkit. Pelajaran-pelajaran baru telah didapat. Sudah sepantasnya aku indahkan dan menjadikan itu sebagai prinsip dan pedomanku. Agar aku tak lagi tersesat, terjatuh atau bahkan masuk ke dalam lubang yang sama.

Aku ingin pagi menyambut diriku dengan hangatnya mentari. Dari dinginnya malam yang mencekam hingga detak jantungku bekerja dengan keras. Hingga otakku lelah dan tubuhku lemah. Aku ingin mengistirahatkan segala, agar aku kembali segar. Menata hati dan pikiran. Berpikir dengan lebih positif, dengan lebih realistis, dengan penuh cinta, kasih, sayang dan semangat yang bisa mengalirkan dan terus menghiasi hari-hariku dengan indah dan nyaman, walau dengan penuh teka-teki dan masih menjadi misteri.

Aku membaringkan tubuhku dan bersiap untuk melepas dan menyimpannya apa yang patut disimpan. Dengan harapan dan doa, esok aku akan menemui mentari kembali dan menikmati pagi yang indah. Embun yang memberi kesejukan dan ketenangan jiwa. Mentari yang memberi kehangatan yang menguatkan.

Pagi aku menanti...
Sebuah kehidupan baru dengan jiwa dan diri yang berbeda. Aku ingin kembali pada jiwaku yang utuh. Aku ingin hidupku lebih berarti dan bermakna untuk dunia...

"Wahai malamku... Aku pamit untuk menyambut pagiku yang cerah dan menjanjikan...". Aku ingin memejamkan mata dan bermimpi hingga tiba waktu fajar menyingsing.

"Untuk mereka yang telah aku sakiti, juga yang telah aku kecewakan. Maafkan aku..."

Bisfren.com
Judul: Pergantian Hari
Karya: Silvia
.
Sunyi menusuk sukma
Diantara terangnya lampu malam
Kala kududuk santai hilangkan lelah
Bulan tersenyum menatapku disana
Diantara gugusan bintang di angkasa

Pagi hendak tiba
Namun diri tak kunjung lelah
Kantuk belum menyelimuti
Rasanya aku hendak terjaga semalam semalam
Ditemani malam sepi

Hanya dikau bulan yang kutatap
Hanya dikau temanku sekarang
Mereka tertidur lelap dibalik selimut tebal
Bermimpi indah lepaskan lelah

Sinar terang membalut diriku
Kala ayam berkokok ria
Aku terbangun dari tidurku
Entah kapan kutertidur
Yang kuingat hanyalah duduk di dekat jendela menatap bulan

Namun kini telah hilang
Berganti matahari benderang
Pagi tiba, malam menghilang
Lihatlah diluar sana
Hari baru yang harus diisi
Suatu hal yang sempurna
Sambutlah hari baru ini

Demikianlah Kumpulan Puisi Dengan Tema Indahnya Pagi, Heningnya Malam (part 1) yang dapat admin posting, semoga menjadi motivasi dan inspiratif bagi pembaca.

warning: Bagi anda seorang blogger yang ingin meng-copy paste artikel saya harap sertakan link sumber, dengan begitu anda mematuhi aturan dan menghargai penulis. Namun alangkah baiknya jika anda menulis artikel dengan pemikiran anda sendiri, itu malah terlihat hebat.

5 komentar:

  1. Kumpulan Puisi Dengan Tema Indahnya Pagi
    Deposit cuma 50 rb langsung main sabung
    kami ada sabung ayam s128 sv388 dan CFT2288
    judi sabung ayam berkualitas Hanya di BOLAVITA

    Untuk info lebih lanjut bisa melalui:
    whatup : 08122222995
    Wechat : Bolavita.
    Line : Cs_bolavita.
    BBM: D8C363CA

    ReplyDelete
  2. Yuk di add pin B -O-L- A- V- I- T- A
    Sabung ayam online dan semua jenis permainan judi online ..
    Semua bonus menarik kami berikan setiap hari nya ... :)
    www,bolavita,com sabung ayam bangkok

    ReplyDelete
  3. promo judi pulsa online tanpa potongan kenapa tidak?

    Mari join bersama kami dengan klik REGISTER

    Tunggu apalagi kawan mari join GRATIS

    Info hub
    WA:0812 2222 996

    ReplyDelete