Belajar Ataukah Bel-ajar?- Universitas Airlangga adalah salah satu perguruan tinggi negeri terbaik yang ada di indonesia, yang berada di kota Surabaya Jawa Timur. Unair memiliki puluhan ribu mahasiswa lebih, mulai yang berasal dari jawa maupun luar jawa. semuanya ada di UNAIR. Lalu apakah sobat masih ragu dengan kualitas dan mutu pendidikannya? tentu saja tidak!.
Oleh sebab itu sobat yang belum bergabung menjadi mahasiswa UNAIR di persilahkan segera daftar tahun depan. Untuk mengetahui segala informasi, perkembangan dan kegiatan yang ada di UNAIR silahkan klik link: http://www.unair.ac.id/
Teman-teman blogger indonesia, bantu ramekan event UNAIR ini. Pendaftaran 100% GRATIS dengan
hadiah puluhan juta rupiah!
hadiah puluhan juta rupiah!
Info lengkap disini: http://bpp.unair.ac.id/ketentuanlomba/
Lalu bagaimana kelanjutan ceritaku di UNAIR? silahkan saksikan!
--Perjuanganku di Univertitas Airlangga Belum Berakhir--
Pagi ini sepuluh November. Pagi seperti biasa, serasa tak ada yang istimewa. Jam sudah menunjukkan 7:00 waktu ruang dapur. Tangan sudah di cuci, almamater dikenakan.
"Aku berangkat dulu ma ... " Kecupan dengan pelukan menggambar perempuan tua 53 tahun yang memegang roti tawar, bekal sarapan.
"Ojok ... " Gerutunya.
Walaupun rutinitas, pamit berangkat bukan perkara mudah. Sebagai pria, jauh dari rumah menyisahkan berat yang tak bisa di angkat. Mungkin semangat juang yang diturunkan leluhur masih mampu mengobarkan harapan.
"Sama pengasuh ya ... Nanti diantar ayah. Assalamualaikum mama. Jangan khawatir " Rutinitas ini menyenangkan namun menyesakkan.
Seperti jadwal semestinya, 7:00 jadwal upacara rencana dimulai. Namun motorku masih melewati Pasar Keputran kala alarm bel kampus UNAIR di seberangnya tertangkap telinga, pertanda 7:00 telah lewat. Benar saja ... Sang saka sudah bersiap berkibar setengah tiang ketika stang motor baru membelok tanah parkiran. Hanya saja mendadak Pak satpam menghalau.
"Puter Mas ... Terus. Langsung ke makam." Pak satpam memutar tangan.
"Lah ... Upacaranya udah? Cepet banget ... jam tujuh bener?" Pikirku melayang.
Beberapa mahasiswa sudah bersiap dengan motornya. Ilil ... Karyawan termuda terlihat bimbang. Seperti hendak tapi tak berkehendak. Suara gemparku seperti mengarahkan kakinya tenang.
"Ayok, Mas. Berangkat ..." Posisinya manis dibelakang.
Sejurus kemudian motor kami berarak beriringan. Bukan konvoi hanya berkendara bersama. Setiba di portal, kuberanikan bertanya.
"Ini kemana?" Lugu memang.
"Makam pahlawan, Mas. Upacara di sana." Masih lugu pula jawaban.
Jadi seperti itulah. Sepuluh menit perjalanan, kami telah sampai di parkiran. Yang ada hanya sepi dan batu nisan berjejeran. Beberapa satpol pp terlihat bersiap menandakan kami tidak kesasar. suasana yang lenggang sepertinya selphie lebih mengasyikkan. Jepret kanan ... Jepret kiri ... Tak paham mulai jam berapa acara di mulai. Hingga ... Krucuk ... Krucuk .. krucuk ... Ach ... Saya lapar. Selalu bisa masak tanpa sempat mengaduk nasi.
"Angga.. ijin, ya. Mau cari makan." Seseorang menghampiriku.
"Kamu lapar, Nak?" Retoris memang. Namun yang mengangguk tak cukup satu atau dua kepala.
Oke. Nasib yang sama. Sama-sama perut lapar. Misi di mulai ... Mencari pengganjal perut agar cepat berhenti menabuh. Sebelumnya seorang bapak berbaju diknas yang wajahnya begitu lekat dengan kami, menghampiri. Menanyakan jumlah peleton dan asal kami. Namun misi ini terasa sulit. Penjual gorengan di parkir sebelah kanan sudah ludes sejak sepuluh menit awal kedatangan kami.
"Ada mie ayam, Mas. Sebelah sini. Kalo di depan situ, bakso murah." Pak Heru layaknya guide kuliner tanpa segan menjelaskan.
"Mana ...? Adanya tembok." Gerutuku.
Jelas hanya nanti jawabnya. Beberapa warung di pinggir makam di depan parkiran, masih tertidur. Beberapa terjaga, dengan kepulan asap pertanda bersiap. Sedangkan perut kami sudah bergenderang bersiap perang.
Mendapati jadwal upacara yang seharusnya dilaksanakan setelah upacara utama di balai kota Surabaya, tentu membuka peluang lebar akan tujuan misi kami. Mie rebus satu-satunya termudah namun kata 'bosan' agaknya terlanjur basah di benak kami.
Demi kelancaran misi, tim tanpa sengaja terbentuk. Satu tim ke arah barat, satu tim ke arah selatan, satu tim ke arah timur, dan tim lain berjaga di kandang. Sepuluh menit kemudian panggilan tim kandang meminta kehadiran. Bantuan logistik sudah diterimakan. Satu kotak kue lengkap air mineral dan tissue sudah di tangan. Bersama ... Kami sarapan. Namun kumandang ini belum mereda, hanya misi kami yang mengerucutkan posisi. Cukuplah warung-warung itu, tak akan jauh kemana.
Entah siapa yang mulai, sepuluh menit kemudian posisi kami sama-sama sejajar. Di depan bangku panjang dan sepiring rawon baru matang, tak lupa teh hangat segar. Sepuluh menit berlalu ... Dan misi dengan resmi kami selesaikan.
Di bawah gapura bertulis 'Taman Makam Pahlawan' sempat aku bertanya tentang perjuangan. Apa artinya perjuangan bagi kalian? Satu-satu berpendapat. Tak ada yang salah dengan pendapat mereka. Bahkan sudah pandai menyambungkan keadaan. Dulu dan sekarang. Lalu aku ... Hanya mengingatkan sedikit perjuangan barusan.
"Bahkan barusan saja kita berjuang. Mencari warung untuk makan. Kalo tadi gak ada tim ... Apa bisa samaan makan?" Ach ... Semuanya terkekeh kemudian.
Perjuangan agaknya dekat dengan kami. Hanya situasi dan keadaan yang membedakan dulu dan sekarang. Tabur bunga di makam pahlawan membuka memori kami pada perjuangan yang sesungguhnya. Pengorbanan tentang kemerdekaan. Bukan berarti saat ini merdeka lantas kita berfoya. Tidak. Justru penjajahan masih merajai kami semua.
Secara sederhana. Perjuangan itu masih kami perjuangkan pada masing-masing diri kami. Perjuangan mendapat penghidupan yang layak. Perjuangan untuk mampu Cerdas. Bahkan akupun berjuang. Perjuangan untuk masa depanku. Sebagai pria sejati, tempat terindah adalah rumah dengan segala urusan rumahnya. Ada sesak yang harus diperjuangkan, sebab mama yang lanjut usia tak mau lepas dari Kursi roda, lebih banyak mendapat perhatian dari pengasuhnya, orang lain.
Nyatanya masing-masing dari kami pun masih berjuang. Seperti Tafrihin dan kawan-kawan yang datang dari NTB hanya untuk mengenyam pendidikan layak Universitas Airlangga. Yang harus berjuang hingga meninggalkan desanya sampai di sini, Surabaya, kota asing bagi mereka. Yang sebulan lalu mendapat rintangan besar dan harus dikembalikan setengah dari jumlah semula. Mereka berjuang pada penjajahan yang tak kasat mata, merdeka yang tak merata.
Sebagai seorang muslim, penjajahan itu makin terasa kasat mata. Pemimpin yang dzalim, birokrasi yang berat bulu, bahkan makanan. Kami terjajah dalam negeri kami sendiri tanpa kami sadari pasti. Hanya beberapa orang dari kami yang sadar diri. Namun sebagian masih tidur dalam kekuasaan yang memabukkan.
Negeri kami tak hanya butuh orang pintar. Sebab banyak orang pintar yang ternyata memeras saudara sendiri. Banyak orang pintar yang mengatas namakan kecerdasan, persamaan hak, keadilan, yang justru tak berani adil untuk saudaranya sendiri, darah daging bangsa.
Ach ... Negeriku. Jika para pejuang di bawah sana mampu bangun ... Mungkin mereka akan mengutuk kami. Bagaimana bisa bersantai dengan membawa gadget menutup mata pada keadaan. Kemerdekaan yang sudah mereka rebut begitu mudah kami gadaikan. Generasi yang katanya pintar, tak sepandai yang dibutuhkan.
"Angga ... Berarti dosen pun dikatakan pejuang ya." Gadis perawan di depanku menggelitik hati.
"Iyalah ... Ada lagunya. Pahlawan tanpa tanda jasa." Celetuk yang lain.
"Gak bisa donk kalo tanpa tanda jasa mulu." Jawabku mengernyitkan dahi mereka.
Sepuluh menit kemudian lalu aku berkisah. Tentang perjuangan tanpa bambu runcing atau kelewang. Tentang cinta yang dikobarkan namun musnah sebab birokrasi yang tak semestinya. Tentang alasan mengapa dosen pantas disebut pahlawan namun wajib untuk diperhatikan.
"Iya kalo PNS, Gajinya dari pemerintah. Tiga juta sebulan. Belum gaji ke-13, gaji ke-14 ... Sertifikasinya ... Tunjangan masa tuanya. Kalo masih mahasiswa seperti saya ini, ya apa-apa berjuang. Bahkan untuk fungsional yang menunjukkan status dosen aktif juga harus dibuktikan.
"Lalu mengapa ingin jadi dosen, Ngga? Kok gak ambil profesi lain?" Ach ... Pertanyaan ini menyesakkan. Haruskah aku jawab? Sebab sudah menjadi cita-citaku sejak kecil, tak mau lagi bagiku membelok jalan.
"Tak ada tuntutan keluargaku menjadi dosen. Hanya keadaan yang menggiring ke sini. Kata Pak yai ... Dosen itu gajinya besar. Tidak seperti yang terlihat. Jika sebulan dapat seratus, maka seratus pula digandakan untuk di simpan. Nanti di akhirat gaji itu diberikan. Lumayan kan buat sangu kalo aja haus di sana, jika jadi pemberat kan alhamdulilah." Layaknya ustadzah aku menjelaskan.
Ach ... Mungkinkah aku terus berjuang? Hingga menjadi dosen dengan banyak kepentingan. Cinta yang terlanjur aku pendam ini haruskah berakhir sudah? Sebab ada Pengorbanan yang terlanjur di wujudkan. Bisakah mengajar tanpa memikirkan imbalan? Bahkan pejuang yang damai di bawah sana, pun memikirkan generasi setelahnya, kami anak cucunya.
Mungkin juga pantas ekspektasi ini diperjuangkan. Sebab kata Pak yai demikian. Insya Allah ... Semoga Allah mengijabahi. Jika langkahku di sini terseok ... Ringankan nanti di akhirat. Semoga ilmu ini bermanfaat bagi umat. Semoga hati ini selalu bersih dan iklas dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan.
Itulah cerita Perjuanganku di Universitas Airlangga Belum Berakhir yang dapat admin tulis.
wah... sangat menginspirasi gan
ReplyDeletewah... sangat menginspirasi gan
ReplyDeleteIya terimakasih gan.
ReplyDeleteSemangat terus ya unt meraih cita2nya sebagai dosen, tetap optimis ;)
ReplyDeletekok ibuknya bilang ojok??
ReplyDeleteIya mb disitu kan ada kata ojok dan sam.
ReplyDeleteLah kata "ojok" itu sebagai per tanda orang jawa, sedangkan kata "sam" itu sebagai ciri khas orang ngalam (Malang)
kelinci99
ReplyDeleteTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino