purwoudiutomo.com623 × 600 |
Assalamualaikum sobat aloneartikel, lama tak jumpa. Akhirnya admin
sekarang bisa memposting artikel kembali, karna sudah sekian lama kira-kira
sebulan lebih bahkan hampir 2 bulan tidak bisa nulis artikel dikarenakan laptop
nya rusak dan harus ngantri servisan yang begitu banyak,,,kok jadi curhat
ya,,,,,hehe!!
Bulan lalu saya telah membagikan artikel ketika hati yang merajai kepada anda, tapi untuk postingan ini topik kita adalah seputar pendidikan, dan hal-hal yang bersangkutan dengan pendidikan dan apa saja yang harus dilakukan dalam pendidikan?!
Bulan lalu saya telah membagikan artikel ketika hati yang merajai kepada anda, tapi untuk postingan ini topik kita adalah seputar pendidikan, dan hal-hal yang bersangkutan dengan pendidikan dan apa saja yang harus dilakukan dalam pendidikan?!
Oke sobat, pada kesempatan yang berbahagia ini admin akan
memposting tentang pendidikan karakter dan membentuk generasi muda untuk bisa
mempunyai nilai-nilai karakter yang sesuai normatif, sekaligus mempersiapkan
generasi muda yang memiliki karakter berkualitas untuk menjadi pemimpin di masa
yang akan datang.
Padahal sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu dan mendidik para murid,
tak pernah sekalipun para siswa diajari untuk tawuran ataupun korupsi. Lantas
dari manakah muncul ide-ide untuk melakukan hal yang tak bermoral tersebut?
Siapa yang pantas disalahkan jika seorang siswa bukannya belajar dengan rajin
tapi justru membolos disaat jam pelajaran? Salah siapa jika para pejabat yang
kita percaya bisa mengelola negara ini justru menggelapkan uang rakyat dengan
menggunakan kekuasaannya dengan semena-mena?
Salah satu faktor pemicu terhadap hal-hal diatas yaitu karena
kurangnya pendidikan karakter. Hal ini menyebabkan mereka melakukan kegiatan
”sesuka” hati tanpa mempedulikan baik buruk dan nilai moral yang ada. Di
sekolah mereka cenderung hanya menerima pendidikan kognitif, asal nilai
matematika, bahasa inggris, dan fisika mereka bagus maka mereka dianggap telah
berhasil menempuh pendidikan. Padahal bukan hanya kecakapan kognitif yang
dibutuhkan seorang anak tapi juga pendidikan karakter sebagai pendukung untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas
baik dalam ilmu pengetahuan maupun dalam hal akhlak.
Ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.
Berpijak dari pepatah tersebut sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter
adalah sia-sia. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun tanpa
aturan dan asal tabrak. Andaikan berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan
berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan
kognitif, maka akan lumpuh segingga mudah disetir, dimanfaatkan, dan
dikendalikan oleh orang lain. Oleh karenanya, penting artinya untuk tidak
mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Lalu sebenarnya apa sih pendidikan karakter?
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada
pembentukan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Terdapat empat ciri dasar
pendidikan karakter yang dirumuskan oleh FW FOERSTER, seorang pencetus
pendidikan karakter dari jerman.
Pertama, pendidikan karakter menekankan
setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati
norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa
percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang
teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut terhadap
resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik
menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi
pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa
dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik dan
kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih. “Anda tidak
bisa mengajarkan apa yang anda mau, anda tidak bisa mengajarkan apa yang anda
tahu. Anda hanya bisa mengajarkan siapa anda”- Soekarno
Maksud kutipan diatas perlu kita telaah lebih dalam, bukan
hanya pengetahuan yang perlu diajarkan, bukan hanya sekedar guru yang
berkompeten dalam ilmu pengetahuan yang dibutuhkan tapi lebih kepada pendidikan yang bisa membentuk karakter manusia. Membentuk diri pribadi seseorang sehingga
bisa menjadi manusia yang bermoral dan bisa membangun keberadaban bangsa.
Pendidikan lazimnya dilakukan disekolah maupun lembaga
informal yang telah terakreditasi. Kunci utama dalam sebuah sistem pendidikan
yaitu guru. Peran guru sangatlah penting sebagai sumber ilmu pengetahuan,
konselor, guide, hingga fasilitator. Baik buruknya lulusan dari sebuah sekolah
maupun lembaga pendidikan yang setara terletak pada guru yang mengajarkan ilmu
pada mereka. Jadi untuk bisa mewujudkan pendidikan karakter, seorang guru juga
harus memiliki karakter dan kepribadian yang kuat Seperti kita ketahui seorang
guru sudah seharusnya memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
profesional.
Jadi untuk mendapatkan kepribadian dan karakter yang kuat
bisa melihat dari berbagai kompetensi tersebut. Sedangkan sekolah yang
merupakan wadah atau tempat seseorang mencari ilmu juga harus memiliki sistem
pengajaran yang efektif, mencakup semua aspek yang diperlukan para anak didik,
yaitu pendidikan kognitif dan juga pendidikan karakter. Saat ini pendidikan
karakter telah banyak menjadi sorotan dari berbagai kalangan. Sistem pendidikan
yang ada diubah sedemikian rupa agar memenuhi pendidikan karakter yang
dibutuhkan. Perubahan kurikulum yang dilakukan dari tahun ke tahun diharapkan
mampu meningkatkan kualitas sistem pendidikan dan mampu mencetak para generasi
bangsa yang nantinya mampu bersaing dengan kemampuan “komplit” dan mampu
membangun bangsa menuju lebih baik.
Dalam hal ini tidak hanya guru yang mampu membangun karakter
seoang anak, orang tua yang merupakan orang pertama yang anak kenal tentunya
memegang peranan penting. Tanpa perhatian orang tua dan lingkungan keluarga
yang mendukung, sama saja selama ini kita menabuh genderang terbuka, tak
berbunyi dengan nyaring dan tanpa melodi yang indah. Maka dalam hal ini semua
komponen harus bisa bersatu, saling mendukung dan saling memberikan kontribusi
nyata bagi pendidikan seorang anak, agar anak nantinya tumbuh menjadi manusia
yang mumpuni dalam hal ilmu pengetahuan dan juga akhlak.
Pilar – Pilar Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter didasarkan
pada enam nilai-nilai etis bahwa setiap orang dapat menyetujui – nilai-nilai
yang tidak mengandung politis, religius, atau bias budaya. Beberapa hal di
bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar
Pendidikan Berkarakter, yaitu sebagai berikut:
1. Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah
handal – melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta
keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh –
berdiri dengan keluarga, teman dan negara.
2. Recpect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan
santun, bukan bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan
mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan
dan perselisihan.
3. Responsibility (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri,
disiplin, berpikirlah sebelum bertindak – mempertimbangkan konsekuensi,
bertanggung jawab atas pilihan anda.
4. Fairness (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi,
berpikiran terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari
orang lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.
5. Caring (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda
peduli, ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang
membutuhkan.
6. Citizenship (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik,
bekerja sama, melibatkan diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga
yang baik, mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi
lingkungan hidup.
- Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
- mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
- memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
- meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa. - Untuk lebih jelasnya tonton video di bawah ini:
Itulah 4 Ciri Dasar Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” yang dapat admin tulis hari ini semoga bermanfaat, nantikan artikel selanjutnya dan jangan lupa like, share and coment agar kita semua mendapat pahala yang mengalir.
warning: Bagi anda seorang blogger yang ingin meng-copy paste artikel saya harap sertakan link sumber, dengan begitu anda mematuhi aturan dan menghargai penulis. Namun alangkah baiknya jika anda menulis artikel dengan pemikiran anda sendiri, itu malah terlihat hebat.
Adakah tantangan atau pertimbangan khusus yang disebutkan dalam postingan terkait penerapan program pendidikan karakter pada anak? Visit us Telkom University
ReplyDelete